Suatu malam yang cukup dingin, di sebuah restoran Jepang..
Di sanalah saya, sedang sibuk menuang teh, berkonsentrasi mengamati embun pada sisi gelas, dan mendorong-dorong es batu hingga ke dasar gelas. Di samping saya duduk seorang teman. Wajahnya kusut, senyumnya tampak seperti berusaha keras menyembunyikan kekalutannya. Ia mencoba sebisa mungkin menyampaikan apa yang ia rasakan kepada wanita yang duduk di hadapannya. Sementara itu, wanita tersebut tampak sedang terfokus dengan santapan yang ada di depannya, tangannya sibuk memainkan sumpit dan memasukkan tempura ke dalam mulutnya. Dengan nada datar, Ia menanggapi ocehan si teman dengan jawaban seadanya. "Oh..", "Terus?", "Oh, lalu?", hanya itu yang terdengar di telinga saya.
"Saya bingung, kayaknya orang-orang di sekitar saya selalu nyalahin setiap tindakan yang saya lakukan, trus apa dong yang mesti saya perbuat?"
Saya keluar sejenak dari dunia indah sang putri teh yang saya ciptakan dan menoleh kepada teman saya. Mata saya berganti melirik ke arah wanita tersebut. Ia terdiam, tapi mulutnya masih sibuk mengunyah sebuah sayuran yang entah apalah itu saya tidak tahu namanya.
"Pernah denger kisah tentang seorang ayah, anak, dan seekor keledai?" Kata wanita itu akhirnya sambil menoleh ke arah teman saya. Teman saya hanya terdiam membalas tatapannya. Wanita itu menoleh ke arah saya dan saya menggeleng dengan muka ingusan.
"Ada kisah tentang 2 orang dan seekor keledai. Kalau ngga salah 2 orang ini bapak dan anak deh." kata wanita itu sambil meletakkan sumpitnya. "Mereka sedang melakukan sebuah perjalanan ke suatu tempat. Si anak menunggang keledai, sementara ayahnya jalan di sampingnya sambil menuntun keledai itu. Pas di jalan, mereka berpapasan dengan beberapa orang yang menatap mereka dan berbisik-bisik; Dasar anak durhaka! Bisa-bisanya dia enak-enakkan naik keledai sementara bapaknya capek-capek jalan.
Si anak ngerasa ga enak, trus dia minta ayahnya tukar tempat. Abis itu, mereka lanjutin lagi perjalanan, tapi ngga lama kemudian mereka berpapasan lagi dengan beberapa orang, mereka berkata; Bapaknya kejam banget sih nyuruh anaknya jalan kaki! Dia sendiri enak-enakan gitu nunggang keledai.
Sekarang si ayah-lah yang merasa ga enak. Akhirnya ayahnya menyuruh si anak juga ikut naik nunggangin keledai dan mereka pun ngelanjutin perjalanan. Eh, pas di jalan mereka ketemu lagi dengan orang-orang yang berbisik-bisik; Tega banget sih mereka! Keledai kurus begitu dinaikkin 2 orang, manusia macem apa sih mereka?! .
Mendengar hal tersebut si ayah jengkel. Akhirnya mereka memutuskan untuk turun dan nuntun tuh keledai tanpa harus ditunggangi siapa-siapa. Namun, ketika mereka berpapasan lagi dengan beberapa orang, mereka malah diejek; Bego banget sih mereka berduaaa, padahal punya keledai, bukannya ditunggangin!
Mereka berdua semakin jengkel ngga karuan. Karena bingung mesti gimana, akhirnya mereka memutuskan buat bopong keledainya. Orang-orang yang ngeliat tertawa terbahak-bahak dan menghina mereka; Astaga, sekarang dunia mulai kebalik ya. Sekarang manusialah yang ditunggangi keledai."
Saya dan teman saling bertukar pandang dan tertawa.
"Intinya... Kalian ga akan pernah bisa memuaskan semua orang. Setiap tindakan yang kamu pilih, pasti ada omongan baik dan buruk dari sekeliling. Jadi intinya CUEK aja. Kalo menurut kamu tindakan kamu itu udah bener, yaa jangan kemakan omongan orang lain lah. Pikirkan dan putuskan tindakan kamu, terus jalan, jangan peduliin kata-kata orang! Kalo sedikit-sedikit kamu mikirin omongan orang lain, kamu ga bakalan nyampe garis finish." kata wanita sambil meraih kembali sumpitnya.
"Bener juga ya." Saya bergumam dan tersenyum. Mata si teman yang tadinya sendu kini tampak bersinar.
Jawaban dari masalah ini ternyata tidak serumit yang dibayangkan :)
Alhamdulillah...
No comments :
Post a Comment